Senin, 27 Februari 2012

Kisah Seorang Ibu dan Anak

Ibu saya hanya memiliki satu mata. Saya membencinya, ia adalah sebuah hal yang memalukan. Ibu saya menjalankan sebuah toko kecil pada sebuah pasar.

Dia mengumpulkan barang-barang bekas dan sejenisnya untuk dijual, apapun untuk mendapatkan uang yang kami butuhkan. Ia adalah sebuah hal yang memalukan.
...
Pada suatu hari di sekolah. Saya ingat saat itu hari ketika ibu saya datang. Saya sangat malu. Mengapa ia melakukan hal ini kepada saya? Saya melemparkan muka dengan rasa benci dan berlari. Keesokan harinya di sekolah.. "Ibumu hanya memiliki satu mata?" dan mereka semua mengejek saya.

Saya berharap ibu saya hilagn dari dunia ini maka saya berkata kepada ibu saya,"Ibu, kenapa kamu tidak memiliki mata lainnya? Ibu hanya akan menjadi bahan tertawaan. Kenapa Ibu tidak mati saja?" Ibu saya tidak menjawab. Saya rasa saya merasa sedikit buruk, tetapi pada waktu yang sama, rasanya sangat baik bahwa saya telah mengatakan apa yang telah ingin saya katakan selama ini.

Mungkin itu karena ibu saya tidak menghukum saya, tetapi saya tidak berpikir bahwa saya telah sangat melukai perasaannya.

Malam itu.. saya terbangun dan saya pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibu saya menangis disana, dengan pelan, seakan ia takut bahwa ia akan membangunkan saya. Saya melihatnya, dan pergi. Karena perkataan saya sebelumnya kepadanya, ada sesuatu yang mencubit hati saya.

Meskipun begitu, saya membenci ibu saya yang menangis dari satu matanya. Jadi, saya mengatakan diri saya jikalau saya akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena saya membenci ibu bermata-satu saya dan kemiskinan kami.

Lalu saya belajar dengan keras. Saya meninggalkan ibu saya dan ke Seoul dan belajar, dan diterima di Universitas Seoul dengan segala kepercayaan diri saya. Lalu, saya menikah. Saya membeli rumah milik saya sendiri. Lalu saya memiliki anak-anak juga. Sekarang, saya hidup bahagia sebagai seorang pria yang sukses. Saya menyukainya disini karena ini adalah sebuth tempat yang tidak meningatkan saya akan ibu saya.

Kebahagiaan ini menjadi besar dan semakin besar, ketika seseorang tidak terduga menjumpai saya "Apa?! Siapa ini?"... Ini adalah ibu saya.. tetap dengan satu matanya. Ini rasanya seperti seluruh langit sedang jatuh ke diri saya. Anak perempuan saya lari kabur, takut akan mata ibu saya.

Dan saya bertanya kepadanya, "Siapa Anda? Saya tidak mengenalmu!!" sandiwara saya. Saya berteriak kepadanya "Mengapa engkau berani datang ke rumah saya dan menakuti anak saya! Pergi dari sini sekarang juga!"

Dan ibu saya dengan pelan menjawab, "Oh, maafkan saya. Saya pasti salah alamat," dan dia menghilang. Terima kasih Tuhan.. Ia tidak mengenali saya. Saya merasa cukup lega. Saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya tidak akan peduli, atau berpikir tentang ini sepanjang sisa hidup saya.

Lalu ada perasaan lega datang kepada saya.. Suatu hari, sebuah surat mengenai reuni sekolah datang ke rumah saya. Saya berbohong kepada istri saya mengatakan bahwa saya akan pergi perjalanan bisnis. Setelah reuni ini, saya pergi ke rumah lama saya.. karena rasa penasaran saja, Saya menemukan ibu saya terjatuh di tanah yang dingin. Tetapi saya tidak meneteskan satu air mata sekalipun. Ia memiliki sepotong kertas di tangannya.. dan itu adalah surat untuk diri saya.

===============
Anak saya,

Saya pikir hidup saya sudah cukup lama saat ini. Dan.. Saya tidak akan mengunjungi Seoul lagi.. tetapi apakah itu terlau banyak jikalau saya ingin Anda untuk datang menunjungi saya sekali-kali? Saya sangat merindukanmu. Dan Saya sangat lega ketika mendengar kamu akan datang dalam reuni ini.

Tetapi Saya memutuskan untuk tidak datang ke sekolah.. Untuk Kamu.. Saya meminta maaf jikalau saya hanya memiliki satu mata dan Saya hanya membawa kemaluan bagi dirimu.

Kamu tahu, ketika kamu masih sangat kecil, kamu terkena sebuah kecelakaan, dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, saya tidak tahan melihatmu harus tumbuh dengan hanya satu mata.. maka saya memberikanmu mata saya.. Saya sangat bangga kepada anak saya yang melihat dunia yang baru untuk saya, menggantikan saya, dengan mata itu.

Saya tidak pernah marah kepadamu atas apapun yang kamu lakukan. Beberapa kali ketika kamu marah kepada saya. Saya berpikir sendiri,"Ini karena kamu mencintai saya." Saya rindu waktu ketika kamu masih sangat kecil dan berada di sekitar saya.

Saya sangat merindukanmu. Saya mencintaimu. Kamu adalah dunia saya.
=================

Dunia saya hancur! Lalu saya menangis untuk orang yang telah hidup untuk saya. Ibu saya.

Ingatlah Ibu Anda yang mengasihi Anda tanpa batas dan berjuang keras demi Anda. Sungguh, kasih Ibu tidak terhingga.

Jikalau Anda merasa terinspirasi terhadap artikel ini, share artikel ini dengan cara mengklik tombol share dan bagikan kepada teman-teman Anda agar teman-teman Anda dapat terinspirasi juga.

Terima kasih

0 komentar:

Posting Komentar