This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 30 Mei 2012

Kenapa pria lebih takut menikah ?

SEBERAPA penting komitmen dalam hubungan? Sejatinya, sebuah hubungan yang serius tentu harus dilandasi oleh sebuah komitmen. Namun, pada kenyataannya, tak sedikit pasangan yang mengakhiri kisah cinta lantaran keduanya tak memegang teguh komitmen. Bahkan, ada hubungan yang berjalan tanpa komitmen sama sekali. apalagi anda termasuk orang yang pembosan dan gampang jatuh cinta dengan wanita lain seperti admin ranahdamai.org Tongue out

Melihat kondisi seperti ini, biasanya kaum hawa yang selalu menjadi korbannya. Rasa enggan pria menyatakan komitmen dalam hubungan yang tentu menimbulkan berbagai spekulasi. Namun, di balik semua itu ada berbagai alasan kuat lainnya yang menyebabkan pria takut berkomitmen terhadap pasangannya. Untuk Anda yang ingin mengetahui apa saja alasan pria takut berkomitmen, pemaparan Askmen berikut mampu menjawabnya:



Tak ada lagi kebebasan

Pria identik dengan sosok makhluk yang senang berpetualang. Menurut sebagian pria, ketika mereka telah menyatakan komitmennya pada pujaan hati, maka sebagian kebebasan pun akan sedikit hilang.

Salah satunya, acara bermain golf di sabtu sore. Mereka yang sudah memiliki ikatan asmara, tak lagi bisa melakukannya. Sebab, akan segera berganti dengan jadwal kencan tetap dan wajib.

Tak hanya itu saja, acara hang out bersama teman-teman pun akan semakin berkurang.

Tidak siap menjalani komitmen

Menjalankan komitmen memang tak seperti membalikkan telapak tangan. Pasalnya, harus ada upaya dan keteguhan hati saat melaluinya.

Hal ini pula yang membuat pria tidak siap mengikat diri terhadap sebuah komitmen bersama pasangan. Ketidaksiapan berkomitmen tak jarang membuat mereka lebih memilih mengakhiri hubungan dan menjauhi pasangan.

Tidak percaya wanita

Faktor pengalaman sering disebut-sebut sebagai salah satu alasan yang membuat pria takut berkomitmen. Kegagalan saat menjallin kisah cinta membuat pria takut dan tak lagi bisa memercayai seorang wanita.

Konon, kaum adam takut berkomitmen karena beranggapan bahwa wanita hanya melihat mereka dari segi status sosial, materi, fisik, atau berbagai hal lainnya. Hal inilah yang membuat pria enggan berkomitmen dengan pasangannya.

Sekadar ingin mencintai dan dicintai

Menemukan cinta sejati memang tidak mudah. Tak heran bila pria tak mudah untuk menentukan sebuah komitmen.

Alasan lain yang membuat pria enggan berkomitmen adalah karena si dia hanya sekadar ingin mencintai dan dicintai oleh pasangannya.

untuk anda para wanita yang bertemu dengan pria seperti ini, berhentilah bermimpi membangun ikatan rumah tangga bersama si dia. Anda tak akan bisa mewujudkan impian untuk menjadi kenyataan. jika anda masih sperti ini silahkan baca lihat disini 

Belum menemukan pasangan yang pas

Meski menjalani hubungan yang serius, tapi tak semua pria mudah melontarkan komitmen, terlebih bila dia belum menemukan pasangan yang pas di hatinya.

Bila Anda telah menjalin hubungan yang cukup lama, namun si dia belum menyatakan komitmen, maka kondisi tersebut menegaskan bahwa si dia belum menemukan pasangan yang pas di diri Anda. tapi ada tipsnya silahkan klik disini 
 
BERIKUT ALASAN KENAPA HARUS MENIKAH
Berikut beberapa alasan mengapa harus menikah?, semoga bisa memotivasi kaum muslimin untuk memeriahkan dunia dengan menikah.

1. Melengkapi agamanya

“Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR. Thabrani dan Hakim).

2. Menjaga kehormatan diri
“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih mudah menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya. (HSR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaiy, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

3. Senda guraunya suami-istri bukanlah perbuatan sia-sia
“Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.” (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 245; Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 309).

    … Hidup berkeluarga merupakan ladang meraih pahala…

4. Bersetubuh dengan istri termasuk sedekah

Pernah ada beberapa shahabat Nabi SAW berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka bisa shalat sebagaimana kami shalat; mereka bisa berpuasa sebagaimana kami berpuasa; bahkan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Beliau bersabda, “Bukankah Allah telah memberikan kepada kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Pada tiap-tiap ucapan tasbih terdapat sedekah; (pada tiap-tiap ucapan takbir terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahlil terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahmid terdapat sedekah); memerintahkan perbuatan baik adalah sedekah; mencegah perbuatan munkar adalah sedekah; dan kalian bersetubuh dengan istri pun sedekah.”

Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, kok bisa salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya akan mendapatkan pahala?” Beliau menjawab, “Bagaimana menurut kalian bila nafsu syahwatnya itu dia salurkan pada tempat yang haram, apakah dia akan mendapatkan dosa dengan sebab perbuatannya itu?” (Mereka menjawab, “Ya, tentu.” Beliau bersabda,) “Demikian pula bila dia salurkan syahwatnya itu pada tempat yang halal, dia pun akan mendapatkan pahala.” (Beliau
kemudian menyebutkan beberapa hal lagi yang beliau padankan masing-masingnya
dengan sebuah sedekah, lalu beliau bersabda, “Semua itu bisa digantikan cukup dengan shalat dua raka’at Dhuha.”) (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 125).

5. Adanya saling nasehat-menasehati

6. Bisa mendakwahi orang yang dicintai

7. Pahala memberi contoh yang baik
“Siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dikurangi sedikit pun. Dan barang siapa yang pertama memberi contoh perilaku jelek dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa kejahatan itu dan mendapatkan dosa orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikit pun.” (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Orang yang pertama kali melakukan kebaikan atau kejahatan.)

Bagaimana menurut Anda bila ada seorang kepala keluarga yang memberi contoh perbuatan yang baik bagi keluarganya dan ditiru oleh istri dan anak-anaknya? Demikian juga sebaliknya bila seorang kepala keluarga memberi contoh yang jelek bagi keluarganya?

8. Seorang suami memberikan nafkah, makan, minum, dan pakaian kepada istrinya dan keluarganya akan terhitung sedekah yang paling utama. Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah.

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Dari Abu Abdullah (Abu Abdurrahman) Tsauban bin Bujdud., ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang kepada keluarganya, dinar yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah, dan dinar yang dinafkahkan untuk membantu teman seperjuangan di jalan Allah.”(HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Seorang suami lebih utama menafkahkan hartanya kepada keluarganya daripada kepada yang lain karena beberapa alasan, diantaranya adalah nafkahnya kepada keluarganya adalah kewajiban dia, dan nafkah itu akan menimbulkan kecintaan kepadanya.

Muawiyah bin Haidah RA., pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: ‘Wahai Rasulullah, apa hak istri terhadap salah seorang di antara kami?” Beliau menjawab dengan bersabda, “Berilah makan bila kamu makan dan berilah pakaian bila kamu berpakaian. Janganlah kamu menjelekkan wajahnya, janganlah kamu memukulnya, dan janganlah kamu memisahkannya kecuali di dalam rumah. Bagaimana kamu akan berbuat begitu terhadapnya, sementara sebagian dari kamu telah bergaul dengan mereka, kecuali kalau hal itu telah dihalalkan terhadap mereka.” (Adab Az Zifaf Syaikh Albani hal 249).

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA., dalam hadits yang panjang yang kami tulis pada bab niat, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan dengan maksud kamu mencari keridhaan Allah, niscaya kamu akan diberi pahala sampai apa saja yang kamu sediakan untuk istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang cukup dianggap berdosa apabila ia menyianyiaka orang yang harus diberi belanja.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah.

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya.”
(Saba’: 39).

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Setiap pagi ada dua malaikat yang datang kepada seseorang, yang satu berdoa: “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya.” Dan yang lain berdoa: “Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

9. Seorang pria yang menikahi janda yang mempunyai anak, berarti ikut memelihara anak yatim

Janji Allah berupa pertolongan-Nya bagi mereka yang menikah.

1. Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nur: 32)

2. Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya.(HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)  
Ditulis Oleh lutfi alfandra    

Alasan Perempuan takut menikah

Menikah bukanlah persoalan yang sederhana  katanya, Mengikatdiri dalam pernikahan sama dengan menambah tanggung  jawab dan amanah . jika di timbang-timbang memang ada benarnya ,rasa takut dan ketidak siapan itu memang di landasi berbagai alasan walau sebenarnya dari psikologi Pria lebih takut dari wanita menghadapi karena pria lebih di tuntut menjadi Pemimpin di dalam Keluarga (http://ranahdamai.org pernah dibahas disini). adapun alasan wanita kenapa takut menikah Sembilan di antaranya:
1.   Kehilangan Kebebasan

2.   Menghambat Karir
Ketakutan yang sangat akan kehilangan karir karena menikah tentu bukanlah sikap seorang muslimah yang tepat, sebab menikah adalah dalam rangka ibadah dengan berbagai konsekuensi.kewajiban yang ada di dalamnya .Sementara, bekerja adalah hal yang mubah yang boleh di pilih, jika tidak bekerja pun tak mengapa.

3.    Tidak mau di repotkan anak
Padahal semetinya ketakutan ini tdk perlu trejadi jika wanita memahami bahwa mendidik anak adalah tempat dia mendulang amal 13shaleh, sehingga persiapan pun akan di lakukan dengan sungguh-sungguh, agar dapat melakukan kewajiban itu dengan sempurna.
Namun di sayangkan sekali kewajiban utama wanita untuk mendidik anak saat ini justru telah tereduksi menjadi sejajar dengan mencari nafkah atau melakukan kegiatan social di masyarakat.

4.    Takut tidak bahagia
Tidak akan ada permpuan yang mau menikah dengan suami galak dan bersikap kasar,sayangnya kita tak pernah tahu bagaimana karakter suami yng sesungguhnya, kecuali setelah menikah dan bergaul sehari-hari.
Perasaan takut menikah dengan lelaki yang salah sering menjadi alasan petama bg wanita urung melanjutkan ke jenjang pernikahan.

5.    Belum siap
Banyak juga alasan yang kadang tidak masuk akal, terkadang jawaban nya mengalir begitu saja. Ada aja ,bahkan alas an yang tidak bermutu , misal : karna belum punya rumah, kendaraan, tabungan or yang lainya. Atau bahkan ada lasan yang sangat sepele karna gedung yang kami diidam-idamkan selalu penuh atau yang lainya.

“Bila ketidak siapan berkaitan dengan kesiapan yang belum ada atau ilmu yang masih terbatas untuk menjalankan kehidupan rumah tangga,mungkin dapat diterima.”

6.    Terbebani keluarga suami

7.    Suami selingkuh
Kekhwatiran semacam ini bias menjadi pemicu negative thingkin, memandang segala sesuatu dari sisi negative kekurangan yang ada pada dirinya. Sebaliknya tak bias melihat kelebihan luarr biyasa yang dimilikinya. Bias jdi dia akan khawatir jika menikah, suaminya tdk bias menerima dirinya apa adanya.
Bagi perempuan tentusaja tak perlu di hantui rasa tacit terus menerus .islam menintunkan agar membangun rumah tangga dengan tujuan ibadah,bukan semata-mata pemenuhan kebutuhan seks ,hawanafsu,atau materi belaka.maka selama sepasang suami istri berkomitmen untuk beribadah resiko perselingkuhan paling tdk bias di minimalisir. Demikian juga bagi para calon suami penjelasan pemahaman agama juga sangat penting.

8.    Keluarga tidak mendukung

9.    Takut gagal
 
Kita hidup di zaman yang jauh dari nilai –nilai islam yang sarat dengan banyak godaan dan rayuan yang menggoncang iman kita. Maka islam menghadirkan solusi yang menentramkan jiwa yakni ” pernikahan”.

Disamping ibadah, anjuran pernikahan sesungguhnya menyempurnakan agama. Jika ada orang yang berani bermaksiat pada allah dengan melakukan zina ,lalu kenapa kita takut manikah, menjalankah sunah rosul yang mendapat nilai pahala? Menikah adalah salah satu jalan mendekatkan diri pada Allah .  
Ditulis Oleh lutfi alfandra

Minggu, 27 Mei 2012

Mengenal Apa Arti CINTA bag 1

Ketika pertama kali melangkahkan kaki ke jenjang perkawinan, sebenarnya ada satu hal yang mengganjal dalam diri saya. Bukan masalah harta, karena memang belum punya. Bukan masalah pekerjaan, karena memang belum kerja. Bukan juga masalah pilihan. Karena sudah memilih. Tetapi masalah cinta. Bisakah saya mencintai istri saya? Sepertinya ini pertanyaan konyol bin tolol yang tidak seharusnya terjadi. Bukankah orang akan menikah dengan orang yang dicintai? Bukankah sebelum menikah sudah mengenalnya? Tahu sifat dan karakternya? Dan sudah menjadi pilihannya? Tapi, itulah yang terjadi.

Sampai akhirnya saya benar – benar menjejakkan kaki, memasuki altar mahligai rumah tangga. Setapak demi setapak altar perkawinan itu terbuka, dengan seorang wanita yang disebut istri. Seorang perempuan yang sekarang berada di samping saya.  Ada dalam peluk - cium kehidupan saya, baik kala senang maupun susah. Bahkan dalam pelukan kehidupan itu telah memberikan saya (sebagai perantara) empat orang anak yang lucu, cakep dan ayu. Kenapa pertanyaan itu muncul? Ceritanya begini.

Beristri adalah berbagi. Kalau dulu semasa bujangan apa – apa adalah untuk diri sendiri, setelah beristri tentu sekarang hal itu tidak berlaku lagi. Nah, dulu ketika bujangan saja tidak bisa mencintai diri sendiri, lah sekarang kok mencoba mencintai orang lain? Sebab orang harus bisa mencintai diri sendiri dulu toh, sebelum mencintai orang lain bukan? Atau sebaliknya, berhenti mencintai diri sendiri, kemudian mencoba untuk mencintai orang lain (istri).

Ya, itu benar sekali. Inilah kisah yang melatarbelakangi itu. Suatu saat ada seseorang yang bertanya kepada Abu Dzar al-Ghiffari, salah seorang sahabat Nabi SAW, tentang arti cinta. Dia bertanya,  ''Hai Abu Dzar, pernahkah engkau melihat orang yang berbuat jahat terhadap orang yang amat dicintainya?''

''Ooo, pernah. Bahkan sering saya melihatnya,'' jawab Abu Dzar. ''Dirimu sendiri itu adalah orang yang paling kamu cintai. Dan kamu berbuat jahat terhadap dirimu bila durhaka kepada Allah,'' jelasnya.

Merujuk pendapat itu, saya jadi mati kutu. Ada perasaan takut luar biasa. Karena seringnya berbuat durhaka. Sering menganggurkan diri dari amal sholih. Mengosongkan waktu dari pahala. Banyak bermain dan banyak melakukan hal yang tidak bermanfaat. Penampilan seenaknya. Apakah bisa ini disebut mencintai diri sendiri? Yang saya lakukan sesungguhnya merupakan perwujudan kebencian terhadap diri sendiri. Nggak sayang, nggak eman dengan badan sendiri. Dengan demikian, sebenarnya saya telah tega berbuat jahat terhadap 'orang' yang amat saya cintai bukan? Relevansinya, jangan sampai nanti istri cuma jadi korban. Hanya sebagai pelampiasan, tidak diperhatikan dan jadi obyek seperti orang yang didholimi. Tidak terpenuhi hak – haknya.


Coba baca dialog dibawah ini :
Sewaktu masih kecil Husain bin Abi Thalib (cucu Rasulullah SAW) bertaya kepada ayahnya, Ali ra: "Apakah engkau mencintai Allah?"
Ali ra menjawab, "Ya".
Lalu Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?"
Ali ra. kembali menjawab, "Ya".
Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai Ibuku?"
Lagi-lagi Ali menjawab,"Ya".
Husain kecil kembali bertanya: "Apakah engkau mencintaiku?"
Ali menjawab, "Ya".
Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, "Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?"
Kemudian Ali menjelaskan: "Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi SAW), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah. Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah SWT.”
Dan kami pun mengerti dengan apa yang kami lakukan sampai saat ini. Jalan yang kami tempuh dalam meniti cinta Ilahi.

Dan kini, ketika rasa itu melambung tinggi,  tatkala saya bilang I love you full kepadanya, rasanya seperti bilang I love full my body. Justru, lantaran istri, saya mendapatkan kembali bagaimana jalan dan bentuk untuk bisa mencintai diri sendiri. Egois, tapi fantastis.  Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.(Fushilat:46)

Mirip cerita seorang sufi besar bernama Abu Bein Adhim. Ketika itu ia terbangun di tengah malam. Kamarnya bermandikan cahaya. Di tengah - tengah cahaya itu ia melihat sesosok makhluk, seorang Malaikat yang sedang memegang sebuah buku. Abu Bein bertanya: "Apa yang sedang anda kerjakan?" Aku sedang mencatat daftar pecinta Tuhan. Abu Bein ingin sekali namanya tercantum. Dengan cemas ia melongok daftar itu, tapi kemudian ia gigit jari. Namanya tidak tercantum di situ. Ia pun bergumam: "Mungkin aku terlalu kotor untuk menjadi pecinta Tuhan, tapi sejak malam ini aku ingin menjadi pecinta manusia".
Esok harinya ia terbangun lagi di tengah malam. Kamarnya terang - benderang, Malaikat yang bercahaya itu hadir lagi. Abu Bein terkejut karena namanya tercantum pada papan atas daftar pecinta Tuhan. Ia pun protes: "Aku bukan pecinta Tuhan, aku hanyalah pecinta manusia". Malaikat itu berkata: "Baru saja Tuhan berkata kepadaku bahwa engkau tidak akan pernah bisa mencintai Tuhan sebelum kamu mencintai sesama manusia".

Nah, lho,,,,,inilah bagian dari jalan syukur itu. Rahasia Ilahi dalam mengarungi bahtera cinta dalam rumah tangga. Menguak kebesaran-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surat ar-Ruum ayat 21;

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu bertempat (memperoleh ketenangan dan ketentraman) kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Mungkin di seberang sana ada yang berfikir, terus apa yang seharusnya dilakukan? Gampang. Bangunlah ketahanan berumah tangga. Raihlah predikat sakinah mawaddah warohmah dengan sebenar-benarnya.
Oleh : Faizunal Abdillah